Menapak Sindoro
Oleh: Salma Oktaviani (Beril)
Pendakian ini adalah pendakian pertamaku, begitu pula Sija. Tak seperti saudara-saudaraku yang lain yang sudah pernah mendaki sebelumnya. Namun hal tersebut justru menjadi tantangan tersendiri untuk kita berdua. Walaupun tulang-tulang dan otot-otot yang sebenarnya sudah tidak karuan lagi seketika berubah menjadi semangat yang membara. Tak terbayangkan perasaan kita saat bisa menikmati keindahan alam dari puncak gunung yang menjadi banyak tujuan para pendaki di Indonesia. Yaitu Gunung Sindoro, terletak di antara Kabupaten Wonosobo dan Temanggung, Jawa Tengah.
Bersama Mas Dipo, Mas Kason, Mas Gedur, Mbak Yuyun, Bongkot dan Biting, kami berdua mengukir pengalaman baru di hidup kami. Perjalanan tersebut dimulai tanggal 16-18 November 2018 menggunakan jalur Kledung sebagai jalur pendakian kami. Malam itu setelah berangkat dari Fakultas Hukum UGM kami akhirnya sampai di basecamp Kledung sekitar pukul 22:05 WIB. Sesampainya disana kami melepas lelah sejenak sembari mencari tempat yang pas untuk istirahat malam sebelum dilanjut dengan briefing untuk esok hari. Suasana basecamp Kledung saat itu sangat ramai dengan para pendaki yang berasal dari berbagai daerah. Hal itu dikarenakan sedang akhir pekan sehingga banyak orang yang ingin mengisi liburan mereka dengan mendaki.
Istirahat malam itu terasa amat singkat, sampai tak terasa ternyata alarm yang kami pasang bersaut-sautan dengan yang lain. Pagi itu sudah ada pembagian tugas agar pekerjaan cepat selesai dan kami dapat segera melakukan pergerakan. Beril mendapat tugas mengurus SIMAKSI di tempat yang sudah disediakan. Ternyata disana dia bertemu dengan adik kelasnya sewaktu SMA karena mereka berdua sama-sama menggunakan celana olahraga saat SMA. Hingga akhirnya kami siap melakukan pergerakan sekitar pukul 08:50 WIB. Dengan berbekal semangat yang sudah membara kita berdua yakin bisa mencapai puncak tertinggi Gunung Sindoro.
Rasa lelah pastinya kita alami mengingat hal tersebut merupakan pengalaman pertama kita. Pemandangan sekitar menjadi obat pelipur lara ketika kami merasa lelah. Ditambah dengan rentetan tukang ojek yang wara-wiri di sekitar kami menawarkan jasanya. Sebenarnya ada niatan ingin menerima tawaran tersebut namun kami urungkan niat tersebut. Melihat bagaimana cara mereka mengemudikan motor mereka saja kita sudah ngeri. Tak terbayangkan bagaimana jika kita ada di posisi penumpang ojek tersebut.
Selama perjalanan kami bertemu dengan banyak pendaki dan ternyata ada yang sama-sama berasal dari UGM. Tak jarang juga kami melempar semangat dengan pendaki lain yang sedang beristirahat. Dengan begitu rasa lelah tak terasa hingga akhirnya kami sampai di Sunrise Camp. Di sana para lelaki bertugas mendirikan tenda dan para wanita bertugas memasak. Di malam yang lumayan dingin tersebut kami akhirnya makan malam bersama di tenda masing-masing. Sempat juga kami keluar tenda sebentar untuk memandang indahnya langit malam di atas ketinggian 2423 mdpl.
Pagi itu sekitar pukul 03:00 WIB kami bangun untuk melakukan summit namun sebelum itu kami menyiapkan perbekalan yang akan dibawa. Dengan sedikit rasa kantuk yang masih tersisa perjalanan kami lanjut untuk menuju puncak. Kali itu Mas Kason dan Mbak Yuyun tinggal di tenda untuk berjaga. Suasana pagi itu sangatlah masih gelap sehingga kami membutuhkan bantuan headlamp untuk membantu perjalanan kami. Hingga mentari sedikit menampakkan wujudnya tapi tetap saja terkalahkan oleh kabut yang bersinergi membuat kondisi semakin dingin. Tapi hal tersebut tak mengurungkan niat kami untuk menuju puncak saat sedikit demi sedikit kabut menghilang.
Setelah melakukan perjalanan beberapa jam, akhirnya kami sampai di puncak Gunung Sindoro. Rasanya campur aduk pengalaman pertama kami melihat keindahan dunia dari sebuah puncak tidak akan terlupakan. Bahkan disaat kami harus melupakan dan meninggalkan segala sesuatu, ada satu hal yang sangat tidak boleh terlewatkan, yaitu merasakan betapa indahnya melihat alam bebas tanpa sayap. Segala lelah kami akhirnya terbayarkan saat awan yang tadinya awan yang menutupi Gunung Sumbing di depan kami perlahan menghilang. Menambahakan keindahan yang ada sebelumnya, Gunung Sumbing terlihat gagah pagi itu.
Setelah selesai berfoto di puncak gunung kami harus segera melanjutkan perjalanan turun. Kami tidak ingin terlalu malam sampai basecamp Kledung. Mengingat kami masih ada perjalanan pulang menuju Jogja. Rasanya ini merupakan pengalaman pertama paling mengesankan bagi kita. Teruntuk semuanya yang terlibat dalam cerita ini, kita ucapkan terima kasih. Atas segala cerita yang tentunya tak akan terlupakan bagi kita. Sampai jumpa di kisah-kisah yang akan kita ukir bersama selanjutnya.